Kamis, 22 Mei 2014

Karawitan (Pertunjukan ISI tanggal 16 April 2014)


Setiap tahun ISI (Institut Seni  Indonesia) Surakarta mengadakan sebuah pementasan karawitan dengan menampilkan kreasi para mahasiswanya. Para pemain yang akan tampil kurang lebih membutuhkan waktu 3-6 bulan untuk latihan. Pementasan yang diadakan ISI  Surakarta yang  dilakukan pada tanggal 11 dan 16 April 2014  mengusung tema Konser 11+11. Pada tanggal 11, mereka menampilkan pementasan seni karawitan kontemporer dengan 3 pertunjukan. Pada pementasan ini mengutamakan penggunaan vokal suara dan instrumen musik. Musik yang digunakan cenderung menggunakan jenis musik yang halus dan lembut. Sedangkan pada tanggal 16, menampilkan pementasan seni karawitan dengan konsep modern yang menyajikan 6 pertunjukan. Pementasan tahap kedua ini merupakan hasil kreativitas mahasiswa dengan mengolah berbagai instrumen yang ada dan dipadukan dengan seni peran (drama).

1.      Penampilan pertama

Menampilkan hasil karya Arna Saputra dengan judul “Kluthekan”. Pementasan ini memadukan antara seni karawitan, seni peran (drama), vokal, dan penggunaan instrumen musik lain. Dalam pementasan tersebut menceritakan kegiatan penjual lontong sayur dan pembeli dari berbagai kalangan. Ada 10 orang pemain baik perempuan maupun laki-laki. Menggunakan suara ketika seseorang sedang mencuci gelas, memasak, dan suara air panas yang mendidih di atas kompor. Instrumen musik yang digunakan yakni suara dari gelas, botol-botol kaca yang dipukul dan ditiup sehingga dapat menghasilkan suara yang besar dan kecil. Dalam cerita terdapat klimaks, di mana saat suara musik besar maka nyanyian ikut membesar begitu pula sebaliknya saat suara musik kecil maka nyanyian ikut mengecil. Jadi vokal para pemain selaras dengan irama musik yang digunakan. Alunan musiknya menggambarkan kegiatan yang aktive dan bersemangat.

2.      Penampilan ke dua

Menampilkan hasil karya Jasno dengan judul “Trenyuh”. Dimainkan oleh 7 orang pemain. Menceritakan tentang seorang suami yang berjuang demi keluarganya namun pada akhirnya dia kehilangan segalanya termasuk keluarganya. Penampilan kedua ini hanya berupa lagu dari instrumen musik tanpa adanya vokal. Alat musik yang digunakan divariasi antara musik karawitan dan instrumen musik lain. Suara dari lonceng, suara bambu yang dipukul, bonang, rebab yang digesek, kempyang, gitar yang dipetik. Alunan musik menggambarkan suasana sedih dan haru.

3.      Penampilan ke tiga

Menampilkan hasil karya Kukuh dengan judul “Rondho”. Menceritakan tentang seorang rondho dalam perjuangan hidupnya. Instrumen musik yang digunakan adalah suara seruling yang ditiup, kendang yang dipukul, bonang, dan kempyang. Tempo yang digunakan terkadang cepat, merendah, kemudian kembali cepat. 

4.      Penampilan ke empat

Menampilkan hasil karya Suryo dengan judul “Ngedhablu”. Menceritakan tentang seseorang yang suka berbicara tanpa ada bukti nyatanya atau omong kosong hanya sekedar janji. Pada pertunjukan ini menggambarkan para wakil rakyat yang suka memberi janji. Instrumen musik yang digunakan bonang, gong, balungan, dan seruling. Tempo musik yang digunakan lambat, sedang, cepat, dan terdapat beberapa pengulangan lagu.

5.      Penampilan ke lima

Menampilkan  hasil karya Toni dengan judul “Kasmaran”. Menceritakan tentang seseorang yang sedang jatuh cinta dimana terkadang ada perasaan senang, sedih, dan gundah. Menggunakan perpaduan antara alat musik karawitan tradisional dengan alat musik modern. Instrumen musik yang digunakan diantaranya kendang, gong, bonang, kempyang, biola, dan gitar. Penyajiannya berupa lagu dan musik. Tempo musik yang digunakan lambat, sedang, dan cepat. Terdapat pengulangan musik dan saat penutup musik mulai mengecil.

6.      Penampilan ke enam

Menampilkan hasil karya Udin dengan judul “Lewat Belakang”. Pembukaannya menggunakan pencahayaan korek api yang dinyalakan dan dimatikan secara bergantian. Sumber bunyi berasal dari tong, wajan yang di gesek, dan alat musik karawitan seperti rebab, gong, bonang, balungan, dan kecapi. Menggunakan alat yang dapat memercikkan api. Tempo musiknya lambat, cepat, kembali ke lambat kemudian cepat lagi. Suasananya agak tegang.

Bahasa Jawa, Tuladha Renggang lan Rumaket


A.    Renggang
Catatan:
- Tembung Andhahan           imbuhan sesarengan 
-   Tembung Lingga        Tembung Andhahan           imbuhan sesarengan

Tuladha:
1.      Laku                      Mlaku                          Mlakuake       
(m- + laku)                  (m- + laku + -ake)

2.      Siram                     Nyiram                        Nyirami
(ny- + siram)                (ny- + siram + -i)

3.      Ditulis                   Ditulisake
(di- + tulis)            (di- + tulis + -ake)

4.      Tutup                     Nutup                          Nutupaken
(n- + tutup)                  (n- + tutup + -aken)

5.      Kirim                     Ngirim                         Ngirimaken
(ng- + kirim)                (ng- + kirim + -aken)

6.      Nggaruk                Ngraruki
(ng- + garuk)         (ng- + garuk + -i)

7.      Nyisir                    Nyisiri
(ny- + sisir)            (ny- + sisir + -i)

8.      Angkat                  Takangkat                   Takangkatna
(tak- + angkat)            (tak- + angkat + -na)

9.      Cekel                     Dakcekel                     Dakcekelana   
(dak- + cekel)              (dak- + cekel + - ana)

10.  Tiru                        Koktiru                        Koktiruake
(kok- + tiru)                 (kok- + tiru + -ake)
B.     Rumaket
Catatan: - Tembung Lingga          imbuhan sesarengan

Tuladha:
1.      Celup                     Kecelupan
(ke- + celup + -an)

2.      Takon                    Pitakonan
(pi- + takon + -an)

3.      Kauripan
(ka- + urip + -an)

4.      Jaga                       Anjagaake
                                                (an- + jaga + -ake)

5.      Guyu                     Ngguyoni
                              (ng- + guyu + -an + -i)
                                                   o
6.      Garis                      Nggarisi
                              (ng- + garis + -i)

7.      Jaluk                      Panjalukan
                              (pan- + jaluk + -an)

8.      Celuk                     Takcelukake
                                                (tak- + celuk + -ake)

9.      Omong                  Ngomongi
                              (ng- + omong + -i)

10.  Tuku                      Daktukonen
                              (dak- + tuku + -an +-en)
                                                   o