Setiap
tahun ISI (Institut Seni Indonesia)
Surakarta mengadakan sebuah pementasan karawitan dengan menampilkan kreasi para
mahasiswanya. Para pemain yang akan tampil kurang lebih membutuhkan waktu 3-6
bulan untuk latihan. Pementasan yang diadakan ISI Surakarta yang dilakukan pada tanggal 11 dan 16 April
2014 mengusung tema Konser 11+11. Pada
tanggal 11, mereka menampilkan pementasan seni karawitan kontemporer dengan 3 pertunjukan.
Pada pementasan ini mengutamakan penggunaan vokal suara dan instrumen musik.
Musik yang digunakan cenderung menggunakan jenis musik yang halus dan lembut.
Sedangkan pada tanggal 16, menampilkan pementasan seni karawitan dengan konsep
modern yang menyajikan 6 pertunjukan. Pementasan tahap kedua ini merupakan hasil
kreativitas mahasiswa dengan mengolah berbagai instrumen yang ada dan dipadukan
dengan seni peran (drama).
1. Penampilan
pertama
Menampilkan
hasil karya Arna Saputra dengan judul “Kluthekan”. Pementasan ini memadukan
antara seni karawitan, seni peran (drama), vokal, dan penggunaan instrumen
musik lain. Dalam pementasan tersebut menceritakan kegiatan penjual lontong
sayur dan pembeli dari berbagai kalangan. Ada 10 orang pemain baik perempuan
maupun laki-laki. Menggunakan suara ketika seseorang sedang mencuci gelas,
memasak, dan suara air panas yang mendidih di atas kompor. Instrumen musik yang
digunakan yakni suara dari gelas, botol-botol kaca yang dipukul dan ditiup
sehingga dapat menghasilkan suara yang besar dan kecil. Dalam cerita terdapat
klimaks, di mana saat suara musik besar maka nyanyian ikut membesar begitu pula
sebaliknya saat suara musik kecil maka nyanyian ikut mengecil. Jadi vokal para
pemain selaras dengan irama musik yang digunakan. Alunan musiknya menggambarkan
kegiatan yang aktive dan bersemangat.
2. Penampilan
ke dua
Menampilkan
hasil karya Jasno dengan judul “Trenyuh”. Dimainkan oleh 7 orang pemain. Menceritakan
tentang seorang suami yang berjuang demi keluarganya namun pada akhirnya dia
kehilangan segalanya termasuk keluarganya. Penampilan kedua ini hanya berupa
lagu dari instrumen musik tanpa adanya vokal. Alat musik yang digunakan
divariasi antara musik karawitan dan instrumen musik lain. Suara dari lonceng,
suara bambu yang dipukul, bonang, rebab yang digesek, kempyang, gitar yang
dipetik. Alunan musik menggambarkan suasana sedih dan haru.
3. Penampilan
ke tiga
Menampilkan
hasil karya Kukuh dengan judul “Rondho”. Menceritakan tentang seorang rondho
dalam perjuangan hidupnya. Instrumen musik yang digunakan adalah suara seruling
yang ditiup, kendang yang dipukul, bonang, dan kempyang. Tempo yang digunakan terkadang
cepat, merendah, kemudian kembali cepat.
4. Penampilan
ke empat
Menampilkan
hasil karya Suryo dengan judul “Ngedhablu”. Menceritakan tentang seseorang yang
suka berbicara tanpa ada bukti nyatanya atau omong kosong hanya sekedar janji.
Pada pertunjukan ini menggambarkan para wakil rakyat yang suka memberi janji.
Instrumen musik yang digunakan bonang, gong, balungan, dan seruling. Tempo
musik yang digunakan lambat, sedang, cepat, dan terdapat beberapa pengulangan
lagu.
5. Penampilan
ke lima
Menampilkan hasil karya Toni dengan judul “Kasmaran”.
Menceritakan tentang seseorang yang sedang jatuh cinta dimana terkadang ada
perasaan senang, sedih, dan gundah. Menggunakan perpaduan antara alat musik
karawitan tradisional dengan alat musik modern. Instrumen musik yang digunakan
diantaranya kendang, gong, bonang, kempyang, biola, dan gitar. Penyajiannya
berupa lagu dan musik. Tempo musik yang digunakan lambat, sedang, dan cepat.
Terdapat pengulangan musik dan saat penutup musik mulai mengecil.
6. Penampilan
ke enam
Menampilkan
hasil karya Udin dengan judul “Lewat Belakang”. Pembukaannya menggunakan
pencahayaan korek api yang dinyalakan dan dimatikan secara bergantian. Sumber
bunyi berasal dari tong, wajan yang di gesek, dan alat musik karawitan seperti
rebab, gong, bonang, balungan, dan kecapi. Menggunakan alat yang dapat
memercikkan api. Tempo musiknya lambat, cepat, kembali ke lambat kemudian cepat
lagi. Suasananya agak tegang.